Dikutip dari:
http://www.erabaru.net/2019/10/22/ada-utang-yang-tidak-dapat-dilunasi-kisah-legenda-dari-barat-dan-timur-mengakhiri-hidup-adalah-dosa/
Tradisi Barat dan Timur yang sebenarnya, didasari dengan keyakinan kepada hukum langit. Tradisi yang tak melawan atas kehendak langit. Kehidupan orang-orang sangat menghargai sebuah kehidupan. Langit sudah mengariskan kehidupan dan kematian seseorang. Oleh karena itu, membunuh kehidupan adalah melawan takdir dan hukum langit.
Berikut adalah kisah legenda tentang mengakhiri hidup adalah utang tak dapat dilunasi :
Italia "komedi Ilahi" Manusia yang Tewas Bunuh diri di Neraka
Dante Alighieri, salah satu dari tiga maha bintang Renaissance Italia. Karya bersejarah "Divine Comedy" yang dikenal oleh kalangan luas. Dikutip dari epochtimes.com, buku itu menggambarkan situasi di neraka, api penyucian, dan surga.
Dari dunia yang ia gambarkan, bentuk neraka menyerupai corong, menyempit dari atas ke bawah, semakin ke bagian bawah dari neraka.
Jiwa di tempat itu semakin menderita dan sangat menyakitkan. Neraka dibagi menjadi sembilan lapisan piringan. Sedangkan yang mati bunuh diri berada di lapisan ke tujuh.
Piringan lapisan ke-7 adalah "Hutan makhluk legenda Harpy." Harpy yang juga dikenal sebagai si perengut adalah makhluk aneh berwajah manusia dan bersayap.
Pohon-pohon di hutan itu bengkok dan saling mengikat, juga tidak berbuah, hanya ditumbuhi duri beracun.
Dalam kehidupannya Pierre adalah menteri dari Kekaisaran Romawi, Frederick II. Ia merupakan orang yang berkuasa, juga orang yang mengabdikan diri pada tugasnya.
Karena hasutan dari pelacur jahat sehingga banyak orang menentangnya, Pierre tidak mau dipermalukan dan memilih mengakhiri hidupnya untuk membuktikan kebersihan dirinya.
Setelah mati bunuh diri, ia terjatuh ke dalam hutan Harpy. Jiwanya dikurung di dalam sebuah pohon besar. Jika seseorang mematahkan cabang, cabang itu akan berdarah,
dan jiwanya juga akan sangat menderita.
Pierre berkata: "Ketika jiwa yang ganas meninggalkan tubuh sendiri dengan cara kekerasan, Minos (salah satu dari tiga hakim dalam mitologi Yunani) lantas mengirimnya
ke lembah ke tujuh."
Hukuman terhadap orang yang bunuh diri, terjadi dikarenakan telah menggunakan kekerasaan untuk melenyapkan tubuhnya sendiri. Hasilnya, diri sendiri melakukan kekerasan
terhadap diri sendiri.
Orang yang mengakhiri hidupnya akan mendarat pada piringan ke tujuh dari neraka. Di sini jiwanya bagaikan sebuah bibit yang akan tumbuh menjadi sebuah pohon. Dalam jangka waktu yang panjang, daunnya dimakan para burung harpi, dan akan membuatnya sangat menderita. Oleh karena itu, orang yang bunuh diri akan terus menerus mendapatkan penderitaan.
Bahkan kelak jika mereka ingin mendapatkan kembali tubuh manusia, juga merupakan hal yang luar biasa sulit. Karena manusia adalah ciptaan Tuhan.
Perbuatan bunuh diri, adalah menentang hukum alam dan menentang pengaturan dari para malaikat, menentang Pencipta dan Pemberi jiwa.
Namun dalam deskripsi Dante ada pengecualian, yakni Cato yang bunuh diri dalam memperjuangkan kebebesan. Setelah penghakiman pada akhir zaman, Cato mendapatkan kembali tubuh manusianya, bahkan dapat membubung ke surga.
Mungkin dikarenakan ia memiliki akhlak yang murni - sederhana, integritas yang mulia, tulus dan teguh, serta anti penyuapan dan manipulasi.
Milarepa Hendak "Bunuh Diri", Lama Eba Berupaya Mencegahnya
Di negara timur, bunuh diri juga dinilai sebagai perbuatan dosa. Pada 880 tahun silam, di zaman Tibet kuno, ada seorang bernama Milarepa. Pada masa mudanya pergi ke Marpa untuk mempelajari ajaran sang Buddha.
Namun sebelum itu demi membalas dendam, ia sempat belajar ilmu sihir. Ia mengunakan ilmu kutukan entah telah mencelakai berapa banyak orang. Sehingga ia, menumpuk sejumlah besar karma buruk.
Demi membersihkan karma buruk, guru Marpa tidak berhenti memukuli dan memarahinya. Hingga membuat Milarepa sangat menderita. Misalnya ketika membangun rumah, setiap kali setelah selesai harus dirobohkan lagi dan ia diminta untuk mengulangi membangunnya kembali, sampai berulang ulang seolah tanpa akhir.
Sehingga punggung Milarepa bertumbuhan bisul dan bernanah. Namun Marpa tetap saja tidak mewariskan ajaran Buddha kepadanya.
Istri Marpa timbul naluri keibuannya, tidak tega melihatnya lebih lanjut dan dia diam-diam membuatkan surat palsu, serta meminta Milarepa untuk berkultivasi
atau mengolah jiwa di tempat lama Eba. Lama adalah sebuah sebutan biksu dalam bahasa Tibet, Eba.
Namun karena tidak memdapatkan berkah dari Marpa, bagaimanapun Milarepa berkultivasi dengan gigih, juga tidak membuahkan hasil apapun.
Kemudian kejadian ini diketahui oleh Marpa, ia pun sangat marah.
Milarepa berpikir, mungkin lantaran karma buruk dalam dirinya terlalu berat, maka menyebabkan sang guru dan istrinya ikut menderita pula.
Lalu ia mengeluarkan sebilah pisau bersiap hendak bunuh diri. Lama Eba dengan erat memeluknya, sambil menangis membujuknya untuk tidak bunuh diri. Ia mengatakan bunuh diri sebelum masa hidupnya berakhir, adalah dosa yang terbesar di dunia ini.
Dari cerita ini dapat diketahui bahwa bunuh diri tidak hanya berdosa, bahkan dosanya teramat besar, sekaligus tidak dapat diterima oleh manusia di dunia.
Cerita rakyat, Pengalaman Mengerikan Orang Bunuh Diri
Di dalam cerita rakyat Tiongkok, ada kisah lain tentang tindakan bunuh diri. Dikutip dari serial hukum karma dari aboluowang.com,
bagian II tercatat sebuah kisah, terjadi pada bulan ke 5, tahun 1668 di masa pemerintahan kaisar Kang Xi pada zaman Dinasti Qing di Tiongkok kuno.
Seorang penduduk kota Zhenjiang bernama Zhang Da, yang tinggal di Yangzhou, tiba-tiba meninggal karena sakit, setelah tiba di alam baka, Raja Neraka setelah melihatnya, lantas berkata telah salah menangkap orang.
Namun karena sudah terlanjur di tempat itu, maka dibiarkanlah agar ia menyampaikan pesan kepada dunia manusia. Maka diutuslah seorang bawahan untuk membawanya berkeliling ke kota "Kematian Mendadak".
Zhang Da melihat di tempat itu dipenuhi arwah orang yang bunuh diri. Ada yang gantung diri, ada yang menggorok lehernya, meminum racun, ada yang terjun kelaut dan lain sebagainya.
Setiap orang yang melakukan bunuh diri, setiap hari, mereka diharuskan secara rutin mengulangi sekali lagi cara kematian yang sama sebelum kematiannya. Sebuah Kejadian yang penuh derita membuat bulu roma bergidik.
Para arwah gentayangan secara serentak berkata: "Kami sewaktu hidup mengira dengan cara mati bunuh diri maka segalanya berakhir. Namun tidak disangka, setelah mati ternyata akan begitu menderita, sungguh sangat menyesal tiada berguna."
Lalu Zhang Da bertanya: "Para arwah ini kapan baru dapat bereinkarnasi lagi menjadi manusia?" Petugas neraka berkata dengan gamblang: "Sudah tidak mungkin." Tubuh manusia sulit didapat, maka harus tahu menghargainya. Orang orang ini selain telah mengecewakan sang Raja Neraka yang telah memberikan dorongan agar berbuat kebajikan di alam manusia, juga telah mengecewakan kebajikan besar dari kedua orangtua yang telah membesarkan mereka.
Itulah sebabnya, Raja Neraka sungguh merasa sakit hati dengan orang-orang yang mati bunuh diri, terpaksa hanya dapat memvonis mereka masuk ke jalur reinkarnasi binatang, sangat sulit mendapatkan kembali tubuh manusia.
Konsepsi ini tak berbeda dengan pandangan yang diekspresikan dalam "Komedi Ilahi", sulit bagi orang yang bunuh diri untuk terlahir kembali menjadi manusia.
Raja Neraka berpesan kepada Zhang Da: "Engkau akan kembali ke alam manusia, dan beritahu kepada orang-orang perihal ini." Lalu ia menggebrak meja dan berteriak keras, Zhang Da tiba tiba terbangun.
Orang yang mengakhiri hidupnya sendiri, dosa yang diperbuatnya untuk selamanya tidak dapat terbayarkan.
Pertama, tubuh fisiknya adalah pemberian kedua orangtua, jiwanya adalah perberian sang Pencipta, mengakhiri hidup, berarti berhutang kepada kedua orangtua dan sang Pencipta.
Kedua, apa yang ia makan, minum, pakai dan bertempat tinggal adalah merupakan sumber daya pemberian alam. Seseorang jika tidak dapat memberikan manfaat apa-apa kepada orang lain, lantas buru-buru mengakhiri hidupnya sendiri, maka telah berhutang kepada langit dan bumi.
Hanya dengan menghargai dengan sepenuh hati, dan memberi berkah kepada orang lain, barulah tidak menyia-nyiakan tujuan utama dilahirkan menjadi manusia. Juga tidak tidak menyia-nyiakan belas kasih serta perlindungan para mahluk hidup tingkat tinggi kepada kehidupan. (Ang/whs/asr)