taken from: many source
Dick Gelael (lahir Jakarta, 1934) adalah seorang pengusaha dan pemilik PT Gelael Supermarket (jaringan pasar swalayan yang diakui pertama di Indonesia), PT Fast Food Indonesia (Kentucky Fried Chicken), dan PT Multi Food Indonesia (es krim Swensen's). Ia membuka bisnis pertamanya pada 1957, yaitu pasar swalayan dan pengantaran barang pesanan ke rumah langganan, pertama kali di Jalan Falatehan I nomer 35 Jakarta yang dikelola oleh isterinya, yaitu Elizabeth Gelael.
Menjelang tahun 1960 dan sesudahnya, Dick Gelael bersahabat karib dengan Mohammad Rasjid Thamrin dan Rudy Tanudjaja Saputra. Kedua orang ini yang akhirnya sepakat bekerjasama dengan Dick Gelael membuka supermarket/swalayan. Akhirnya Gelael Supermarket lahir di jalan Melawai Raya pada tahun 1970.
Setelah membuka beberapa cabang lain di Jakarta, ia mulai membuka cabang di kota-kota lain.
Waralaba Es Teler 77
Sebenarnya, es teler sudah ada sebelum mertua Sukyatno Nugroho ini memenangkan lomba. Justru karena es teler adalah minuman yang populer di kalangan masyarakat pada tahun 1980-an, maka ajang lomba meracik minuman murah-meriah itu digelar.Namun, yang jeli memanfaatkan momentum adalah Sukyatno Nugroho
Meskipun hanya lulus SLTP, ia orang yang gigih. Usaha penjualan es telernya bermula dari usaha kecil-kecilan menggunakan resep dari ibu mertuanya (Ny.Muniarti Wijaya)yang memenanglan lomba membuat minuman Indonesia tahun 1982.
Bermula dari keberhasilan Murniati Widjaja yang memenangkan perlombaan membuat minuman tradisional Indonesia pada 1982, merek Es Teler 77 pun mulai dikenal masyarakat. Merek yang sekaligus mencerminkan produk unggulan es teler dari perusahaan yang memulai kegiatan operasionalnya di pelataran gedung pertokoan Duta Merlin, Jakarta.
Meskipun hanya lulus SLTP, ia orang yang gigih. Salah satu motto-nya adalah, "Kalau perlu, saya akan bekerja 76 jam sehari untuk bisnis ini." Ia menjadi salah satu ikon waralaba lokal Indonesia.
Gerai pertama yang dikembangkan dengan sistem waralaba dibuka di Solo, Jawa Tengah, pada 1987. Sejak itu permintaan untuk mewaralabakan Es Teler 77 kian bertambah. Kini, di tangan Sukyatno Nugroho, mantu tertua Murniati, pengelolaan Es Teler 77 makin tertata. Perkembangan bisnisnya pun kiat pesat, ditandai dengan tersebarnya gerai-gerai Es Teler 77 di pusat-pusat pertokoan di kota-kota besar di seluruh Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri, seperti Malaysia, Australia, dan Singapura.
Dengan dorongan keyakinan yang besar serta kerja keras, Pemilik Es Teler 77, Sukyatno Nugroho menambah menu dan menstandarkannya. Kemudian, guna kepentingan pengembangan bisnis, dia berani mewaralabakannya. Hasilnya sekarang bisa dilihat. Puluhan outlet dan cabang telah berdiri megah di berbagai kota. Tak hanya di dalam negeri, Es Teler 77 bahkan juga telah merambah negara tetangga di Asia Tenggara dan Australia. Bisa jadi, jika pria bernama asli Hoo Tjoe Kiat itu hanya berjualan dengan menu itu-itu saja maka usahanya tidaklah secemerlang sekarang.
Sukyatno dikenal sebagai orang yang eksentrik, penuh ide aneh, dan filantropis. Untuk yang terakhir ini ia memiliki Yayasan Perjalanan Mencerdaskan Bangsa demi merealisasi gagasannya bagi kegiatan untuk anak-anak, remaja, dan kelompok terpinggirkan. Ia selalu berupaya menyajikan yang "paling dan pertama". Beberapa kegiatan eksentrik yang dilakukan adalah acara melukis di atas kanvas "paling panjang di dunia", 1.100 meter di Pantai Mutiara, Jakarta, lomba melukis di batu sebagai jawaban atas tawuran anak sekolah yang saling melempar batu, lomba seni dari barang bekas, lomba melukis layang-layang, lomba melukis di hutan, festival melukis di dasar danau kering Telaga Prigi (Jawa Tengah), serta kompetisi melukis untuk kaum tunanetra.
Beberapa penghargaan dan award telah diraihnya, seperti The Best Asean Executive Award dan Satya Lencana Pembangunan (1995). Berkali-kali namanya dicatat oleh Museum Rekor Indonesia. Ia juga menulis buku 18 Jurus Sakti Dewa Mabuk Membangun Bisnis.
Sukyatno meninggal dunia dalam penerbangan menuju Singapura setelah mendapat serangan stroke yang ketiga kalinya.
Dua tokoh/perusahaan di atas dianggap sebagai perintis bisnis waralaba di Indonesia, sesudah mereka sukses, bermunculanlah waralaba dan para pewaralaba baik nasional maupun dari luar negeri.
Semerbak Coffee.
Sumber:Majalah Indonesia
Bagi Anda yang gemar menikmati kopi ringan di coffee shop pasti harus siap mengisi dompet yang relatif tebal. Tapi rasanya hal itu tak perlu dilakukan lagi. Karena ada satu tempat menark yakni Semerbak Coffee yang menawarkan semerbak aroma kopi yang tak kalah nikmatnya dengan yang dijajakan di coffee shop. Tentunya dengan harga murah.
semerbak_coffeeKopi, tentunya bukan minuman yang asing bagi Anda. Di pagi hari, sebelum beranjak ke tempat kerja, minuman ini biasanya sudah menjadi menu wajib sebelum sarapan. Atau ketika Anda di kantor, rasa kantuk begitu kuat menyerang, kopi dipilih untuk mengatasinya. Memang, banyak yang menyarankan untuk tidak sering mengkonsumsi kopi, tapi faktanya penggila minuman yang mengandung kafein ini tetap tinggi. Ditinjau dari sisi medis, kopi dapat merangsang pernapasan, kegiatan perut dan ginjal; membantu asimilasi dan pencernaan makanan; menurunkan sirkulasi darah di otak; serta menenangkan perasaan mental.
Saat ini, di Indonesia bisnis yang terkait dengan minuman kopi masih menunjukkan trend positif. Tengok saja, banyak coffe shop yang menawarkan minuman kopi murni maupun kopi blend dengan sederet layanan dan fasilitas tempat yang ditawarkan. Contohnya, Starbuck Cofee, Cofee Bean, dan lain-lain. Meski marak, namun, bisnis kopi ringan yang membidik kelas menengah ke bawah, belum begitu banyak dilirik. Hal inilah yang membuat Iwan Agustian dan Muadzin F. Jihad tercetus untuk membuka sebuah kedai kopi yang diberi label Semerbak Coffee.
“Boleh dibilang, kami adalah satu-satunya pemain bisnis kopi ringan yang menggarap kelas menengah ke bawah,” ujar Iwan. Meskipun kemitraan atau franchise yang ditawarkan membidik kelas menengah ke bawah, tapi dengan melihat produk kopi yang dijajakan, kemungkinan produk ini juga disukai kalangan menengah ke atas. Terlebih lagi, cara penyajian Semerbak Coffee yang tak kalah dengan coffee blend mahal.
Kondisi demikian, secara tidak langsung ikut mendongkrak image perusahaan. Terlebih lagi Iwan memilih konsep kemitraan dalam pengembangan bisnisnya, keunikan produk dan kualitas layanan menjadi faktor penting. Model franchise yang Semerbak Coffee tawarkan cukup memikat. Hanya dengan biaya investasi yang rendah, yaitu Rp 7,5 juta, mitra telah mendapatkan satu buah gerobak (booth), beserta perlengkapannya seperti dispenser, blender, serta ice box dan bahan baku kopi 6 rasa (hazelnut, tiramisu, caramel, vanilla, chocolate, cappuccino) untuk 120 cups.
Selain itu, menariknya, franchisee bisa menjadi mitra Semerbak Coffee selama seumur hidup. Tak ada royalty fee seperti franchise pada umumnya. Tapi, pada bulan kelima, Semerbak Coffee akan meminta supporting fee sebesar 3,5% dari biaya pembelian bahan baku kopi si mitra. Iwan mengaku usahanya merupakan sebuah business opportunity yang low maintenance, low investment tapi high style & high profit.
Ternyata animo pasar begitu besar. Sebagai gambaran, di usianya yang baru menginjak 6 bulan ini, Semerbak Cofee yang awalnya hanya ada di Depok, kini telah memiliki 30 franchisee yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok, Bandung, Pekanbaru, Balikpapan, Makassar, Yogyakarta dan Surabaya. “Setiap hari kami dapat menghabiskan 30-40 cups,” tambah Iwan.
Sebagaimana lazimnya membuka sebuah bisnis, pemilihan lokasi menjadi salah satu faktor kesuksesan sebuah bisnis. Karena itu, Iwan menyarankan kepada calon franchisee agar memilih lokasi di tempat-tempat yang terhitung strategis. Seperti di perkantoran, dekat dengan ATM (anjungan tunai Mandiri), mini market, kampus, perumahan, pusat perbelanjaan dan sebagainya.Sedangkan untuk luas tempat hanya dibutuhkan minimal sesuai ukuran counter (1 mx 1m)
Dalam konsep waralaba, keyakinan franchisee terhadap produk yang ditawarkan mutlak diperlukan. Untuk itu Iwan berharap agar tidak membeli kucing dalam karung. Artinya, pembeli harus mengetahu secara detail semua hal yang akan dilakukan saat kerjasama. “Sebaiknya jika ada yang tertarik menjadi mitra harus mencicipi rasa kopi Semerbak Coffee terlebih dahulu. Dengan cara membeli sample yang berisi enam rasa kopi yang telah dibungkus rapi seharga Rp 50.000,” ujarnya setengah berpromosi.
Untuk bahan baku, mengingat harga mesin pembuat kopi yang mahal, Semerbak Coffee sudah membungkus enam varian rasa kopi ringan yang akan dijajakan dalam bentuk sachet. Satu sachet untuk satu cup kopi. Sehingga, franchisee tinggal memblendernya saja, mudah dan praktis. Saat ini Semerbak Coffee telah mengantongi izin dari Dinas Kesehatan. Sementara untuk uji kehalalan, sedang dalam proses di LPPOM MUI.
Semerbak CoffeeDengan bahan baku yang telah di kemas dalam sachet, Iwan bisa mengontrol berapa banyak bahan baku yang ia pasok ke para franchisee. Dan mereka juga akan lebih mudah mengukur penjualan di gerainya. Satu cup Semerbak Coffee, untuk semua rasa dijual seharga Rp8.500-Rp 0.000. Padahal, dari Semerbak Coffee, harga per sachet kopi hanya Rp4.000 saja. Itu pun sudah termasuk harga cup dan tutupnya. Artinya keungtungan yang bisa diraup lebih dari 100%. Untuk harga, Iwan tak mematok harga pasti, karena setiap franchisee membayar harga sewa tempat yang berbeda, sehingga Iwan hanya mematok range harga seperti diatas.
Jenis kopi yang Semerbak Coffee gunakan merupakan jenis robusta yang berasal dari Lampung. Untuk pengadaan kopi, lanjut Iwan, pihaknya sudah memiliki bagian produksi sendiri yang berada dikawan Bogor. Semua bahan-bahannya merupakan produk lokal mulai dari kremer, susu, gula. Untuk pengiriman bahan baku, Iwan mengatakan, jika masih dalam wilayah Jabodetabek pihaknya akan diantar langsung sampai ke tujuan. Tapi jika diluar wilayah tersebut akan dikirimkan melalui paket.
Untuk bisa bergabung menjadi mitra Semerbak Coffee tidaklah sulit. Seperti di jelaskan diatas, calon mitra hanya perlu menyaiapkan modal, mengerti resiko bisnis, membeli bahan baku dari Semerbak Coffee, punya komitmen tinggi untuk berkembang bersama dan merelakan waktunya untuk mengontrol usahanya.
Sedangkan keuntungan bagi mitra adalah bisa memulai bisnis dengan modal kecil. Cocok bagi Anda yang baru ingin mulai berbisnis. Terdapat protect area yang telah diterapkan yaitu antara satu booth dengan booth lain haruslah berjarak minimal 1,5 kilometer. Dalam hitungan kasar Iwan, dalam waktu sebulan, seorang mitranya bisa meraup laba bersih sekitar Rp 1,3 juta.
Kedepannya, Semerbak Coffee akan mengembangkan produk dengan menghadirkan ginger coffee dan hot cokelat serta akan tampil dalam bentuk café. Ia optimis produk barunya tersebut akan bisa diterima pasar. Keberhasilanya dala mengembangkanSemerbak Cofee menjadi modal untuk pengembangan prosuk-produk selanjutnya. “Dalam membangun usaha yang penting ada kemauan. Jangan terlalu banyak menghitung dan berpikir. Yang penting ada modal dan tempat strategis, setelah itu langsung action,” pungkas Iwan sembari berbagi resep sukses. (Majalah Indonesia)
Franchise dari luar tidak hanya dalam bidang makanan dan retail saja, tetapi sampai ke:
* broker property ,seperti Ray White, Century 21
Demikian juga franchise lokal, juga merambah ke bidang lain, seperti penyedia voucher dan isi ulang pulsa, penyedia layanan perkantoran.
Link Luar
www.bisnisampuh.com
Link Lainnya:
Zaha Hadid, Arsitek Wanita peraih banyak penghargaan
Menyingkap Tirai Robot Menari
Pesona Kota Purba Petra di Yordania
Warisan Sejarah di Kota Yafo
Kisah Di Balik 5 Bangunan Spektakuler Tiongkok
Kelenteng Sam Poo Kong di Simongan,Semarang