3. Kota Terlarang
Kompleks istana yang kini menjadi museum ini sempat menjadi tempat bertahta 24 kaisar China. Digunakan selama lebih dari 5 abad di bawah pemerintahan Dinasti Ming dan Qing.
Kompleks yang dibangun di atas lahan seluas 72 hektar ini meliputi 980 bangunan yang dulunya merupakan kediaman kaisar serta gundik-gundiknya, putri dan pangeran, serta para kasim yang bertugas melayani sang penguasa. Disebut Kota Terlarang karena hanya keluarga kerajaan dan para pelayannya yang boleh masuk. Siapapun yang berhasil memasuki kompleks istana dilarang keluar tanpa izin kaisar.
Pada masa kejayaannya, Kota Terlarang sempat menjadi rumah bagi 9.000 selir dan 70.000 kasim. Selama periode tersebut, Kota Terlarang sudah menyaksikan berbagai skandal dan intrik politik yang bisa mencoreng keagungan sejarah China.
Kota Terlarang berubah menjadi simbol kemunduran kekaisaran China ketika kaisar terakhirnya, Puyi atau Aisin Gioro menjadi pemimpin boneka selama pendudukan Jepang. Setelah China berubah menjadi negara republik, Puyi ditahan sebagai penjahat perang selama 10 tahun. Penguasa tirani terakhir itu kemudian menghabiskan masa tuanya sebagai tukang kebun.
4. Sky City
Satu lagi bukti ambisi China untuk menjadi negara terdepan. Gedung ini merupakan tandingan Burj Khalifa yang sempat menjadi gedung tertinggi di dunia. Ketinggian gedung mencapai 838 meter, lebih tinggi 10 meter dari saingannya yang berada di Dubai.
Gedung dirancang dan dibangun oleh Broad Sustainable Building dengan rencana awal meliputi tinggi bangunan yang mencapai 666 meter dalam waktu 120 hari. Namun pemerintah Hunan campur tangan dan meminta Sky City diubah menjadi gedung tertinggi di dunia. Rencananya pembangunan gedung masih akan dilanjutkan, namun harus terhenti karena mendapat protes keras dari para pecinta alam. Rupanya, proyek pembangunan Sky City dianggap membahayakan lahan basah Daze Lake. Kawasan ini merupakan lahan basah terakhir yang menjadi habitat bagi sejumlah spesies burung langka.
Reruntuhan kota kuno di dasar Danau Qiandao
5. Reruntuhan kota Shi Cheng dan He Cheng
Danau Qiandao merupakan telaga artifisial yang dibuat dengan membendung aliran Sungai Xin’an. Danau tersebut merupakan pembangkit listrik tenaga air sekaligus pemasok industri air mineral dalam kemasan setempat. Pulau-pulau kecil di atasnya merupakan tempat wisata dan hutan lebat. Sayangnya, pembuatan danau harus mengorbankan sejumlah kota, desa, dan situs bersejarah. Sekitar 290.000 orang dari 27 kota dan 1.377 desa harus direlokasi untuk membangun pembangkit listrik.
Yang paling disayangkan dari pembuatan Danau Qindao adalah tenggelamnya beberapa reruntuhan kota kuno. Dilansir Amusing Planet, tercatat ada 5 kota kuno yang terendam di dasar danau. Sejauh ini, yang berhasil diidentifikasi baru 2 kota, yaitu Shi Cheng dan He Cheng. Reruntuhan Shi Cheng dibangun pada tahun 621, sedangkan He Cheng didirikan pada tahun 208.
Lotus Building China
Back
to home
|