Sumber: Suara Merdeka 2008

40 Persen Energi di Bumi Dikonsumsi Arsitektur

Semarang, CyberNews. Arsitektur bangunan dan kota yang baik adalah yang menyatu dengan alam, menjadi bagian dari alam. Namun laporan World Watch Institute tahun 1995 menyebutkan bahwa 40% energi dan material di bumi di konsumsi oleh arsitektur dalam hal ini bangunan.

Hasil studi yang lebih baru lagi menyebutkan bahwa di Amerika arsitektur mengonsumsi 48% energi nasional, disusul transportasi 27% dan industri 25%. Jika dirinci, dalam bangunan tipe modern saat ini akan ditemukan 40% energi digunakan untuk penerangan, 40% untuk pendingin ruangan atau AC, dan 20% untuk kebutuhan lain.

Hal itu disampaikan Prof Ir Prasasta Satwiko MbuildSc Phd dalam seminar "Peran Arsitektur dalam Mewujudkan Kota Tropis", Rabu (6/8) di Gedung Pertemuan Prof Soedarto SH, Undip Tembalang.

Pada acara yang diselenggarakan oleh Laboratorium Perencanan Kota dan Permukiman Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Daerah Jawa Tengah itu, hadir pula Prof Ir Edy Darmawan MEng (Undip), Dr Ir Heinz Frick Dipl Arch FH/SIA (Unika), dan Prof Dr Ir Ramli Rahim MEng (Universitas Hasanuddin) sebagai pembicara.

Prasasta mengatakan, arsitektur dan kota adalah satu kesatuan, jaringan yang tak terpisahkan dalam menciptakan kenyamanan. Dalam konteks kenyamanan termal, kota yang tidak nyaman (panas, berpolusi) akan menyebabkan ruang dalam bangunan yang tak nyaman pula.

"Kecuali ruang itu diisolasi dari ruang luar dan memakai tata udara buatan. Tapi ini penyelesaian mudah yang mahal," kata Guru Besar Arsitektur Universitas Atmajaya Yogyakarta itu.

Menurut Ramli Rahim, Undang-undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang secara tegas telah mengatur muatan rencana tata ruang di semua tingkatan administrasi. UU menuntut kualitas rencana tata ruang yang